Wednesday 4 May 2011

Sadar Bahasa


Tiba-tiba saya teringat akan blog ini. Blog yang sudah lama saya telantarkan. Menang, menulis tidak pernah menjadi hobi saya. Namun rasanya ingin sekali saya belajar menulis. Itu alasan pertama mengapa saya membuat blog ini.

Setelah dibuat, tentu kemudian saya bingung, apa yang akan saya tulis? Saya tak ingin ini menjadi media curhat saja. Namun lebih sebagai media berbagi. Berbagi ilmu, berbagi kesenangan, berbagi apa saja yang saya tahu.

Lalu terlintas dalam benak saya sebuah topik. Saat ini saya bekerja pada sebuah perusahaan lokalisasi bahasa (atau bisa disebut dalam bidang jasa penerjemahan). Sejak berkerja di sini kesadaran berbahasa saya semakin meningkat. Kini saya mampu membedakan fungsi di- sebagai awalan atau kata depan, dan bagaimana penulisannya. Hahaha. Terdengar remeh memang. Namun ternyata Bahasa Indonesia tak semudah yang kita kira. Meski itu bahasa ibu kita, namun mempelajari Bahasa Indonesia cukup memusingkan kepala. Tak berbeda dengan bahasa lainnya, bahasa kita juga memiliki struktur, tata bahasa, ejaan, dan lain sebagainya, yang terkadang sering dipandang sebelah mata.

Sebagai contoh, ya, kata di- itu. Jangan salah, sampai saat ini saya masih menemukan orang yang mengaku sebagai penyunting bahasa, namun tak bisa membedakan penulisan kedua fungsi di-. Apalagi dalam kehidupan sehari-hari. Saya yakin Anda pernah menemukan kejanggalan tata bahasa pada fasilitas-fasilitas umum.

Contohnya pada foto di bawah ini.


Foto ini saya ambil pada salah satu kursi dalam maskapai penerbangan domestik bertarif murah. Ini hanya salah satu contoh, loh.

Lain ceritanya lagi dengan menerjemahkan. Sekali lagi, bekerja dalam bidang lokalisasi bahasa, saya sering berhubungan dengan orang yang mengaku sebagai penerjemah. Kenapa saya bilang begitu? Karena seringkali mereka yang mengaku penerjemah ini hanya mengartikan plek-plek dari Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia. Salah satu contoh yang pernah saya temukan, ada seorang penerjemah yang menerjemahkan Bloody hell! menjadi…. Ya, benar, “NERAKA BERDARAH”. Sontak saya tertawa melihat kalimat tersebut. Entah apa yang ada dalam pikirannya. Apa ia tidak merasa janggal saat membaca kalimat tersebut?

Saya tak ingin sok pintar di sini. Saya hanya ingin berbagi. Semoga bisa menjadi renungan. Mengalihbahasakan bukan sekadar menerjemahkan kata per kata. Kita harus melihat lagi konteksnya. Ubah kalimat dalam bahasa asing tersebut ke dalam bahasa keseharian kita. Masak iya, ada orang yang mengumpat sambil meneriakkan “Neraka berdarah!” Atau mungkin lain kali akan ada ungkapan “Sapi suci!”. Hahaha.


Cheers!


1 comment:

  1. Hi Mengenai, we have found your blog interesting, so we have decided to send you this special invitation.

    This is a Special Invitation to join the Social Blog Musculus

    Musculus is a new Social Blog. We are creating the "agorà" of the modern world, like the open place of assembly in ancient Greece: Musculus is going to become a virtual place where the citizen can debate about politics, economy, art, sport, fashion, everything!

    If you would like to read selected news from every corner of the world visit our Social Blog:

    muscvlvs.blogspot.com

    Or follow us on Facebook and Twitter

    ReplyDelete