Thursday, 9 October 2014

Menyintas Jogja

Mungkin judulnya terdengar agak lebay, ya? Apa susahnya tinggal di Jogja? Apa-apa deket, murah, di mana letak kebutuhan untuk menyintasnya? Bagi saya, pindah ke sebuah kota baru, mau itu Jogja, Bandung, Milan, atau Barcelona sekali pun tidaklah mudah. 

Semua bermula pada tahun lalu. Ketika keinginan untuk pindah kota semakin mantap. Jogja merupakan kandidat terkuat pada saat itu. Setelah benar-benar membulatkan tekad dan berbekal moto "que sera, sera", maka pada tanggal 8 Oktober tahun lalu saya pun meninggalkan ibukota. 

Malam itu saya bertemu dua orang sahabat saya, Vara dan Dina. Sebelumnya kami bertemu di Bakoel Koffie, Cikini, lalu lanjut makan malam di sebuah kedai bakmi masih di dekat sana. Setelah makan, mereka mengantar saya ke stasiun Pasar Senen. Membawa satu buah koper, satu tas ransel, dan sebuah ukulele, kami menunggu kereta saya datang. Saya pergi memang tidak terlalu jauh. Tidak seperti Dina atau sahabat saya yang lain, Ulung, yang dua tahun sebelumnya pergi bersekolah di lain negara. Saya hanya pindah ke Jogja, kok. Kalo kangen, ya tinggal main aja ke Jakarta, atau mereka juga masih bisa dengan mudah mengunjungi saya. Tapi tetap saja, ada perasaan sentimentil saat menunggu kereta ditemani dua sahabat kita. Rasanya seperti, ya, perpisahan. Berpisah dengan rutinitas kami bertemu, ngopi, dan ngobrol ngalor ngidul sebulan sekali; berpisah dengan semua tempat-tempat nongkrong di Jakarta; berpisah dengan semua hal yang selama ini akrab dengan saya. Saya akan pindah. Pindah ke kota baru. Di sana saya tak punya banyak teman. Daerahnya pun sangat asing. Apalagi masalah bahasa!

Seperti yang saya sebutkan, pindah ke Jogja punya tantangannya sendiri bagi saya. Pertama, saya nggak bisa bahasa Jawa. Memang, seringnya kalo ngobrol pake bahasa Indonesia sih, cuma gak jarang juga saya jadi kambing congek karena lingkungan saya otomatis berbicara dengan bahasa Jawa. Kedua, bagi lidah Sumatera Garis Keras, masakan Jogja ini terbilang amat sangat super duper manis! Susah benar rasanya cari makan saat baru pindah ke sini. Sambal saja masih terasa manis buat saya. Ketiga, sebagai pengguna jasa angkutan umum sepanjang hidup saya di Jakarta, saya mengalami kesulitan dalam bermobilisasi. Karena saya tidak punya motor. Jangankan punya, mengendarainya saja saya belum fasih. Akhirnya tiga hari pertama saya selalu jalan kaki atau naik becak kalau mau bepergian. Saya pun sempat mengalami gegar budaya setelah dua minggu tinggal di sini. Saya sempat merasa "ditolak" oleh kota ini. Seakan banyak kejadian yang tidak mengenakan. Sampai puncaknya, saya menangis di pinggir jalan karena tak bisa menemukan ojek untuk pergi ke suatu tempat. Hahahaha. Culun, ya? Memang saat itu saya benar-benar merasa tak berdaya. Masak mau pergi ke satu tempat aja susahnya minta ampun! Ojek gak ada, taksi jarang yang lewat, becak mahal banget, bus lama pulak! Sangat berbeda dengan yang biasa saya jalani di Jakarta. Mau pergi ya tinggal pergi, pulang tinggal pulang, mudah. 

Tapi tentu saja, ada pula yang segera saya sukai dari Jogja. Pertama, biaya hidup yang lebih rendah. Bayangkan betapa bahagianya saya ketika mendapatkan kamar kos mungil berperabot, hanya seharga 500.000 per bulan! Sekarang saya tinggal di rumah kontrakan lima kamar bersama empat orang teman. Harganya? Lima belas juta setahun! Makan, dengan uang 10.000 kita bisa makan kenyang, itu pun plus es teh manis! Begini nih, noraknya orang Jakarta kalo ke Jogja, selalu terkaget-kaget sama harga apa-apa yang lebih murah. Ada juga Mangut Lele dan Sate Klathak yang membuat saya sedikit kerasan tinggal di sini. Meski letaknya agak jauh, saya rela pergi sendiri demi kedua makanan itu! Ditambah, hilir-mudik di Jogja itu nyaman, tidak memakan waktu lama, semua serba dekat, dan yang pasti, minim kemacetan. Mau gak mau, setelah tinggal beberapa minggu di sini, saya harus cari motor. Solusi pertama adalah menyewanya. Yawis, saya beranikan diri aja nyetir motor. Untungnya motor matic. Di Jakarta dulu sih juga udah beberapa kali bawa motor, tapi gak pernah jarak jauh. Mengendarai motor segera menjadi hobi baru saya! Di sini saya pun bertemu orang-orang baru. Beberapanya bahkan menjadi teman baik. Lalu satu hal yang membuat saya mempertimbangkan untuk pindah ke Jogja adalah dunia seninya. Dulu saya berpikir, pasti asyik ya, tinggal di lingkungan seni. Banyak galeri, banyak pameran, banyak ketemu seniman. Syukurnya semua itu lantas terwujud. Kosan pertama saya berada di lokasi yang sangat dekat dengan semua itu. Cukup jalan kaki, saya bisa mendatangi empat sampai lima galeri seni.

Kalau mau diceritakan suka dan dukanya, masih banyaaaaak banget! Yang pasti, yang namanya tinggal di tempat baru, pastilah ada naik-turunnya. Semua tempat punya keistimewaan dan kekurangan masing-masing. Tak jarang saya rindu sama kehidupan saya di Jakarta, dengan keluarga saya, teman-teman saya, tempat-tempat yang biasa saya kunjungi, makanan yang biasa saya santap. Tapi saya selalu ingat, saya pindah ke Jogja bukan untuk membuang kehidupan lama, melainkan untuk meraih kehidupan baru.

Setahun saya di Jogja, syukurnya bisa saya katakan dengan pasti, berjalan cukup lancar. Mendapat pekerjaan untungnya ternyata tak sesulit yang saya bayangkan. Semua rintangan bisa saya lalui. Saya pun mendapat beberapa teman baik di sini, teman yang saya tahu bisa saya andalkan. Saya berhasil menyintas di Jogja. Semoga ke depannya, Jogja semakin menerima saya, dan begitu pula saya, semakin mencintai Jogja.


Danunegaran, 9 Oktober 2014
Pukul 01:35














Saturday, 20 October 2012

Birthday Freebies!

Soooooooooooo....

my birthday is coming. And I found out that there are several restaurant or cafe that'll give you free stuffs for your birthday! Cool ain't it? 

Check this out!


1. Free wagyu steak from Holycow!. Available on your birthday.




2. Free Pasta and Wine from ATavola. Valid for three days from your birthday.



3. And, free Bagel from BagelBagel. Valid seven days from your birthday.



So, I plan to redeem all of them on my birthday. Bagel for breakfast, steak for lunch, and pasta and wine for dinner. HOHOHO. Superb!


If your birthday is coming, and you're in Jakarta, don't hesitate to visit these places and get your birthday treat :)


You can find them here:

1. Holycow!
Jl.Bakti no.15,Senopati
Jakarta Capital Region

Jl. Raya Boulevard Kelapa Gading, blok WB2 no.16
Jakarta Capital Region

Or visit their page here.

2. BagelBagel
KEMANG Store: Jl. Benda Raya 14D

SCBD Store: IMAGERIE, Fairgrounds Lot 14 SCBD

Or visit their page here.

3. ATavola
Jl. Kemang Selatan Raya no.125

Or visit their page here.

Cheers!

Tuesday, 21 August 2012

Sisters on Ukulele

Hi, y'all!

First of all I would like to say Happy Eid Mubarak for those who celebrate it. 

Andnow, I would like to post two videos of me and my sister. We were home during Eid Mubarak, and we did a little collaboration with her playing the uke and me singing. 

The first video we made was Tonight You Belong To Me. This song originally recorded by Irvin Kaufman in 1926, but then made famous by Gene Austin in 1927 and re-recorded by Patience and Prudence in 1954.



This song was also performed by Steve Martin and Bernadette Peters in the 1979 movie The Jerk. Jazz ukulele player, Lyle Ritz, actually played the uke accompaniment for the scene. 




This second video was a song from a Malaysian singer by the name Zee Avi. We played the song called Kantoi, in Malaysian language, "kantoi" means "busted". The song tells a story how a girl found out that her boyfriend was cheating on her. Check the original song here.

So, please tell me what do you think ;)

Cheers!

Thursday, 28 June 2012

Happy Are Those With No Expectation


source: lostreality91.deviantart

Sometimes I wonder, is it true, that happy are those with no expectations? I mean, how many times you were dissapointed because you didn’t get what you’ve expected.

Like the time when you call your significant other just to say hi and try to have a li’l chat with him and he just sounded not interested in talking with you because he was busy working. So when you ask, “Hi, what are you doing?” Although you already knew that he must be stuck in front of his laptop and working, you expected him to say, “You know, just working. Wassup?” But instead of that, all you got was, “Working.” So, instantly you said, “Oh, okay then,” and then hung up the phone. And that’s it. Your mood is ruin now.

As Shakespeare once said, "Expectation is the root of all heartache."
However, what screw us up most in life is the picture in our head of how is it supposed to be.

So, should we not have any expectations in order to be happy?

Cheers!

Monday, 25 June 2012

Panko Cheesy Chicken


I’m back with my weekend cooking project. So, last Saturday, I made panko cheesy chicken with mashed potato for lunch and for dinner, a usual farfale creamy mushroom. But this time I add extra ingredients for my food: Chive!

Never use chives in any of my cooking before, and I only learn about chives a while a go. In most of cooking program I’ve watched hey use chives, as a garnish or as a condiment (not sure if this right). I use chives in my mayo sauce for my panko chicken. I also use chives in my creamy farfale as one of the ingredients and as the garnish.

Here’s my panko cheesy chicken with mayo sauce recipe. As for the mashed potato, you can look here.
 
Here’s the step-by-step

Ingredients:
§         2 Boneless chicken breast, cut butterfly
§         Milk to marinate chicken and to mix in eggs mixture
§         2 eggs, add some milk beat loose
§         Some all-purpose flour (I don’t use any measurement here)
§         Some panko
§         Chedar cheese (cut lengthwise)
§         Salt and Pepper to taste

Mayo sauce ingredients:
§         4 tbsp original mayo
§         1 tsp classic yellow mustard (I use French’s classic yellow)
§         3 tbsp lemon juice
§         1 tsp condensed milk
§         Chives, chopped
§         Salt and pepper to taste

§         How to make:
§         Pound chicken if it’s too thick.
§         Marinate in milk for 15 minutes.
§         Heat oil in a skillet or deep fried pan on mid-high heat.
§         Prepare three bowl, each consist of all-purpose flour, egg mixture, and panko.
§         Put chedar cheese inside chicken and fold in half.
§         Coat chicken in flour, then egg mixture, then panko.
§         Fried chicken until brown or cooked.

The mayo-sauce
Put mayonnaise, mustard, lemon juice, condensed milk, and chives in a bowl. Mix it well. Add salt and pepper to taste.

Lunch’s served. Easy-peasy.

Oh, I forgot to take picture of this dish, so yeah, sorry... :(

Dinner recipe is not different from my previous dish. I’m not in the mood for being creative that night.




Cheers!